Meratapi Ending AADC 2 dan Berterima Kasih Pada Milly
Sebagai fans AADC garis keras, kalau kamu tanya soal ending ceritanya, jujur saya bakal bilang kalau saya kecewa. Iya, memang tiap orang menginginkan ending yang berbeda-beda, ada yang mau dua sejoli legendaris ini balikan lagi, dan saya termasuk salah satu yang berharap sad ending untuk Cinta dan Rangga, walau saya sudah punya feeling kalau ini bakal seperti film Indonesia mainstream pada umumnya, drama.
Saya sendiri sebenarnya tidak terlalu berekspektasi sama film ini sejak trailer-nya dirilis. Hahahihi, traveling atau kalau kata Rangga lebih tepat disebut liburan, musik gegap gempita di bar saat tengah malam. Oke, gaya hidup kekinian memang wajib banget ada di film ini, karena kita memang tidak bisa memungkiri kemajuan zaman dan perkembangan teknologi yang ada di muka bumi ini. Kenapa jadi bahas soal perkembangan zaman ya ini?
Oke, sekarang saya mau runut dari awal, gimana perasaan saya sepanjang nonton film Ada Apa Dengan Cinta 2 ini. Dimulai dari grafis pembuka yang langsung bikin saya bertanya, siapa ini desainernya? Animasi kekinian itu tentu saja sangat pas diterapkan di bagian opening, sebagai pemancing ingatan kita akan kisah AADC pertama yang rilis 14 tahun silam. Warna-warni khas AADC ada di sana, dan kesan pertama saya: keren nih.
Tapi kesan pertama itu diluluhlantakkan saat saya berhasil menebak kabar gembira kedua yang disampaikan Cinta di scene pertama film ini. Ah, semudah itu. So Indonesia, pikir saya. Walau padahal juga tidak semua film Indonesia segampang itu untuk ditebak sih. Sejak detik itu, saya sudah semakin mundur dari ekspektasi yang tadinya masih ada satu atau dua percik. Saya memilih untuk ikut saja apapun yang akan terjadi.
Air mata pertama saya menetes saat scene geng Cinta berpamitan di depan abu Alya disemayamkan. Oh, okey. Sosok paling berpengaruh dalam hubungan Cinta dan Rangga itu telah 'dibunuh' di sekuel ini. Sosok yang berjasa merayu sekuriti bandara sehingga Cinta bisa masuk ke dalam untuk menemui Rangga, sudah tidak ada lagi di sini. Beruntung kita masih bisa melihatnya di film pendek AADC versi LINE yang rilis 2014 lalu.
Rencana libur ke Yogyakarta karena kebetulan Cinta mau menghadiri pameran seni rupa, bikin saya melongo. Sejak kapan Cinta suka seni rupa? Makin melongo lagi waktu tahu kalau galeri seni di scene pertama tadi adalah milik cewek yang semasa SMA suka bikin puisi dan urus mading itu. Sepanjang ingatan saya, sampai ending film, pertanyaan saya itu tidak terjawab. Tadinya saya kira dia bakal jadi editor in chief di majalah nasional.
Oke, anggap saja Cinta sudah suka seni rupa sejak dulu, tapi tidak diungkap di AADC pertama. Langsung saja kita beralih ke scene liburan di Yogyakarta. Saya senang, mereka tidak menampilkan tempat-tempat wisata mainstream yang sudah sering diangkat di film lain, atau dalam program traveling di televisi. Karena saya memang hanya tahu Malioboro dan Keraton, maka sebagian besar tempat itu cukup bikin saya ingin segera kembali ke sana.
Masih tentang Yogyakarta. Saat Rangga menginjakkan kakinya pertama kali di kota itu, yang mengganggu pikiran saya cuma satu, siapa sih orang-orang yang jalan bebaris dengan kostum unik yang didominasi warna hitam dan putih itu? Tidak penting memang, tapi jujur saya masih penasaran. Apa mereka anggota perguruan silat, atau mungkin beberapa dari pengikut sekte terlarang? Memang sengaja ada di scene itu, atau hanya orang lewat?
Cukup untuk ngelanturnya, sekarang kita kembali ke scene selanjutnya. Cerita berkumpulnya kembali geng Cinta? Ya, seperti cewek-cewek pada umumnya. Seperti yang sudah kamu lihat nol koma nol nol nol sekian persen di trailer-nya, begitulah mereka berlibur. Cafe, pusat perbelanjaan, resto, toko kue, hahahihi. Begitulah. Tapi fixed, Milly benar-benar menyelamatkan saya, mengalihkan dari percik-percik rasa kecewa yang mulai bermunculan.
Rangga bertemu Cinta, persis seperti dalam trailer dan meme yang beredar semenit setelahnya. Ternyata ragam meme hasil karya tangan-tangan iseng itu berhasil merusak atmosfer gedung bioskop saat scene tersebut dimainkan. Sebenarnya dialog demi dialog dalam scene itu miris dan seharusnya sih bikin hati teriris-iris. Ya, saya kembali menitikkan air mata di tengah derai tawa penonton lain, saat Cinta membeberkan kekecewaannya.
Janji Cinta untuk segera menyusul teman-temannya pun gagal, sudah diduga. Lalu dia dan Rangga menghabiskan waktu berdua sepanjang hari, juga sudah diduga. Bahkan saat cowok cool itu mengungkapkan alasan kenapa dia akhirnya memutuskan untuk meninggalkan Cinta pun sudah saya duga juga. Mungkin saya cenayang. Kamu, teman-teman saya yang kebetulan khilaf baca tulisan ini, sepertinya kudu waspada sama saya. Oke, yang terakhir itu bercanda.
Apa lantas saya tidak ingin meneruskan menonton? Apa lantas saya tidak suka dengan film yang mudah ditebak ini? Tentu saja tidak. Saya fans AADC garis keras, saya tetap suka, apapun yang terjadi. Dan sehari yang dihabiskan Rangga dan Cinta, jalan-jalan ke Candi Ratu Boko, makan dan ngopi, juga scene mengejar sunrise di Punthuk Setumbu, semua sangat menghibur. Ada ya cowok seperti Rangga? Ya, ada. Saya pernah punya satu.
Air mata jatuh lagi saat Cinta dengan beringas menarik Rangga dan melumat bibirnya. Ah, akhirnya mereka merasakannya lagi. Meski adegan itu jadi kurang sakral karena spoiler scene sudah menjamur di berbagai media, bahkan dalam bentuk video, tapi saya tetap terharu. Walau auranya tidak seindah ciuman pertama mereka di bandara 14 tahun yang lalu, tapi saya tetap senang akhirnya mereka melakukannya lagi untuk kita.
Kembali ke scene geng Cinta, kembali pada perasaan yang datar. Ya sudah lah ya, sepertinya mereka bakal cuma gitu-gitu saja sampai akhir film. Tapi saya ingatkan lagi, Milly adalah penyelamat. Setiap celetukan dia benar-benar berhasil bikin saya ngakak. Ekspresinya yang masih polos seperti saat masih SMA itu memang bikin gemas. Siapa yang di sini berdiri bersama saya sebagai tim Milly? Begitulah, untuk kali ini saya #timMilly.
Lanjut. Ibu Rangga cantik. Happy ending yang pertama, sosok cowok yang selama 25 tahun hidupnya sudah merasa tidak punya ibu itu akhirnya berkumpul dengan bahagia bersama keluarga di satu meja makan. Bagi saya, obrolan meja makan saat kita berada di rumah itu selalu hangat. Apalagi kalau papa saya lagi senang hati dan bikin tempe goreng lengkap dengan sambelnya. Kami bisa mengobrol banyak hal sampai lama di situ. Lalu nambah nasi.
Kembali ke Jakarta, dan Rangga mempertanyakan kejalangan Cinta di depan villa pagi itu. Dilema, cewek itu tidak mau menghancurkan pertunangannya dengan pengusaha muda yang kata Rangga 'sudah kaya dari kecl' itu, namun juga tidak ingin melepaskan kembali cinta yang sudah kembali di depan matanya itu. Saya tidak berani membayangkan jika ada di posisi dia. Mungkin saya bakal memilih untuk tidak dengan siapapun di antara keduanya.
Seharusnya, ending paling logis dari cerita ini, menurut saya, sekali lagi, menurut saya, Cinta lebih memilih untuk melanjutkan pertunangannya dan melupakan mimpi 'masa kecil' untuk bisa bersanding dengan 'pangeran berkuda putih' itu. 14 tahun berlalu sejak usia SMA, seharusnya dia sudah lebih dewasa dan bijak menjatuhkan pilihan. Tapi, seperti ungkapan yang banyak beredar, kalau sudah urusan sama hati, kita bisa apa? Iya, benar.
Baiklah, seperti yang sudah saya bilang dari awal, kalau ending cerita ini buat saya mengecewakan. Tapi apa boleh buat, kamu yang baca tulisan ini saja pasti lebih banyak yang termasuk dalam tim happy ending kan? Drama sih, tapi apa boleh buat. Selamat ya buat kamu yang sudah menunggu momen Rangga dan Cinta balikan. Saya ikut senang kok. Ya, setidaknya akhirnya kita tahu, nama lengkap Rangga adalah Rangga Yozrizal.
Kesimpulan dari saya sebagai fans AADC garis keras, hari ini saya fixed jadi #timMilly. Satu lagi, film AADC LINE lebih bisa membuat saya senang, walau sama-sama happy ending. Well, thank you untuk Riri Riza dan Mira Lesmana yang sudah mewujudkan AADC 2 ini.
Salam,
#timMilly
Itu yg Baju Hitam2 berbaris Suku Badui dari Bogor (Padahal banyak berita dan artikel lo tentang mereka), saya kelas 2 sma saat 14 th lalu film AADC hadir dan membangkitkan perfileman indonesia,walaupun saya baru nntn film AADC 2 ini sekarang di 2017 karna memang dari awal pemberitaanya saya sedikit bisa menebak akhir jalan ceritanya, namun akhirnya saya putuskan nntn untuk mengobati rasa rindu saya terhadap sosok cinta dan kagum saya terhadap Rangga, yg Sepanjang Film yg saya nikmati dan bikin saya terswnyum flashback dari 14th lalu hanyalah ketika awal rangga ketemu cinta sampai akhir berpisah di villa (Harusnya berakhir disitu), Akhirnya terlalu di paksakan, sangat kehilangan sosok alya, dab malah lebih extreme, saya malah menginginkan endingnya salah satu diantara mereka mati, entah rangga yg ditangkap karna isu Makar yg juga jadi alasan dia enggan pulang ke indonesia dan dianiaya di penjara smpai mati karta isu anak komunis, atau cinta cinta dibunuh karna karya seninya menghina sebagian kelompok...ah...indonesia banget
ReplyDelete