Cerita Soundrenaline 2018: Belajar Mengumpat dari Limp Bizkit, Ketemu Langsung Setelah Hampir 20 Tahun

Masa SMA katanya masa paling indah. Masa remaja, di mana juga banyak hal liar yang pertama kali mulai berani dicoba. Saya belajar cara membolos, datang terlambat ke sekolah, dan baru tahu kalau pekerjaan rumah bisa dikerjakan di sekolah, semua ada di masa SMA. Termasuk belajar mengumpat 'jancok', yang sebelumnya anti terucap dari bibir.

Pernah di masa kecil dulu, saya ingin cerita pada nenek kalau salah seorang teman di sekolah mengumpat seperti itu. Saking tabunya umpatan itu di dalam rumah kami, begini kira-kira cara saya bercerita, "Ti, Uti. Masa loh, tadi di sekolah temenku bilang gini, Ti... amit amit amit ya, Ti (sambil pukul-pukul bibir), jancok gitu katanya, Ti."

Saya berkenalan dengan Limp Bizkit pertama kali saat duduk di bangku kelas 1 SMA, circa 1999, 19 tahun yang lalu. Teman-teman sekelas suka bawa majalah atau tabloid yang isinya kabar terbaru tentang perkembangan musik dunia. Band yang pertama saya kenal lewat album Significant Other ini makin bikin jatuh cinta di era Chocolate Starfish and the Hot Dog Flavored Water.

"Everything is fucked. Everybody sucks."

Penggalan lirik Break Stuff ini sering tampak tertulis di buku tulis atau kertas binder teman-teman sekelas. Kami melantangkan setiap umpatan dalam lagu-lagu Limp Bizkit sepuas-puasnya saat jam istirahat. Saya pun menghafal tiap kalimatnya, dan menyebut kata 'fuck', 'suck', 'shit', atau 'muthafucka' tanpa embel-embel 'amit amit amit...' seperti saat ingin bilang 'jancok' waktu kecil.

Kami memakai atribut yang melekat pada sosok Fred Durst. Kami mengagumi Wes Borland dengan 'wajah monyet'-nya di tiap video klip. Kami meneriakkan keras-keras nama DJ Lethal dan John Otto pada bebepara part lagu mereka. Dan mereka semua ada di atas panggung malam itu. Meski tanpa Sam Rivers, penampilan mereka di Soundrenaline 2018 adalah nyata!

Tzuzumi Okai memberikan penampilan terbaiknya pada posisi Sam Rivers. Sosoknya sebagai bass player dan satu-satunya perempuan di atas Stage A di sudut tanah lapang Garuda Wisnu Kencana, Bali, sungguh mencuri perhatian malam itu. Fred Durts bertutur lebih sopan, Wes Borland tetap 'menumpahkan cat' putih di kepalanya. John Otto dan DJ Lethal pun penuh semangat.

Tak ada yang perlu disayangkan mengapa saya tidak mengabadikan momen ini dalam video. Saya terlalu sibuk bernostalgia, melompat-lompat bahagia sampai menangis, dan meneriakkan umpatan-umpatan itu lagi, umpatan yang sudah hampir tak pernah saya ucapkan. Almost 20 years, dan mereka benar-benar ada di depan mata saya. Rasanya tidak mungkin. Rasanya seperti mimpi.

Saya bahkan sudah lupa urutan lagu yang mereka bawakan. Namun bersyukur masih ada orang-orang yang rela melewatkan keributan moshpit, dan memilih untuk fokus mengabadikan semuanya dalam video, hingga mengunggahnya di channel YouTube dan memuaskan rasa penasaran kami yang tak bisa melihat detail permainan Limp Bizkit malam itu. Terima kasih!

Well, Soundrenaline 2018 buat saya memang hanya soal Limp Bizkit. Tak akan memaksa pergi ke Bali, bayar tiket, transportasi, dan juga penginapan, jika bukan karena Limp Bizkit. Bersyukur, saya dapat banyak bonus, penampilan band-band Indonesia yang tak kalah keren dari bintang tamu mancanegara yang diundang pada 8 dan 9 September 2018 itu. Semua memuaskan. Kamu bisa intip cuplikan dalam detiknya di video berikut:




Karena saya lebih banyak berada di Platinum Stage sepanjang dua hari itu, dan menyaksikan sendiri bagaimana crowd-nya yang luar biasa menggairahkan, maka saya ingin menobatkan sudut ini jadi favorit di Soundrenaline 2018. Selebihnya, saya berani memberi nilai 9 dari 10 untuk event ini, karena sistemnya yang sangat rapi, baik di dalam maupun luar venue, termasuk bagaimana mereka bekerja sama dengan baik bareng para driver Go-Jek.



Well, jika terwujud keinginan yang saya tulis dalam bola di booth Wishlist Well, tahun depan Soundrenaline 2019 mendatangkan Weezer, maka saya harus rela berangkat lagi.

No comments:

Powered by Blogger.