Siap Hadapi 2020: Sering Diremehkan? Jadikan Pemicu Diri untuk Berkembang!


Ngomongin usia sebenarnya bukan hal sensitif buat saya. Apalah arti angka 35, kalau kita tetap bisa punya semangat 25 toh? Nah, kalau penampilan yang tampak 25, bagi saya itu bonus semata, atau terkadang juga petaka. Ada enak, pun ada juga tidak enaknya.

"Ih mbak awet muda banget ya. Kirain masih seumuran aja," beberapa kali ungkapan ini terucap saat pertama kali berkenalan dan baru ngobrol agak panjang dengan seseorang.

DIREMEHKAN KARENA DIKIRA MASIH BOCAH


Jelas, 25 bukanlah angka bocah. Memasuki 25 seharusnya kita sudah mulai matang. Banyak juga mereka di luaran sana yang bahkan sudah sukses jadi CEO di usia itu. Namun, 25 di mata seorang 35 yang sok ketuaan, seringkali dianggap bocah. Mereka bakal memandangimu dari ujung kaki hingga kepala, dengan tatapan iba.

"Halah! Bocah mah tau apa kamu?!" begitu kira-kira terjemahan dari tatapan mereka.

Begitulah yang sering saya alami. Banyak orang baru kenal, yang mengira saya masih 25 atau mentoknya 28 lah. Alur obrolan pun terasa sekali kalau lawan bicara saya sedang menggurui dan tak jarang memberi nasihat. Sampai saat mereka membahas usia, barulah saya bisa kasih tahu kalau saya 35, tak jauh berbeda dengannya.

Saya sering menahan hasrat untuk jumawa akan pencapaian dalam karir, tapi tak pernah berhasil. Selalu terpaksa menceritakan pengalaman hidup dan pekerjaan yang pernah saya geluti sepanjang 16 tahun berlalu, karena gemas dianggap anak 'kemarin sore'. Bahkan pernah seseorang mengajari saya cara memasak nasi, padahal sudah bertahun-tahun saya juga menjadi ibu di rumah.

MENERIMA ANGGAPAN ORANG DARI SISI POSITIF


Bertahun-tahun pula saya selalu emosi saat dianggap bocah. Tak mau kalah, saya pun membeberkan segala pencapaian selama berkarir. Bahkan tak jarang saya melebih-lebihkan cerita, yang tentunya bukan kebohongan, agar terkesan berharga di mata lawan bicara. Ya, saya ingin orang tahu kalau saya ibu, pekerja, dan sudah banyak pengalaman.

Namun makin hari saya makin sadar, bahwa hal itu tidak baik untuk kesehatan mental. Ingin diakui sebagai 'seseorang', bukanlah ide yang bagus untuk menjalani hidup bersosial. Maka saya mulai belajar menerima apapun anggapan orang, dari sisi positifnya. Ketika mereka mengira saya 25, saya mulai berbangga karena itu berarti saya memang awet muda.

Saya mulai belajar juga untuk tidak lantas jumawa ketika orang menyangka saya masih bocah dengan pengalaman yang minim. Saya pikir, mungkin memang seperti itu tampaknya. Mungkin saya memang masih belum bisa dikategorikan sebagai seorang yang berpengalaman, mengingat sampai detik ini pun saya masih bekerja untuk orang lain.

PEMICU UNTUK MAKIN BERKEMBANG


Kalau masih-bekerja-untuk-orang-lain dijadikan takaran bahwa seseorang belum sukses, saya tidak setuju sih. Namun tak ada salahnya kalau dengan statement itu ternyata kita bisa terpicu untuk menciptakan pekerjaan buat diri sendiri. Jadi boss untuk diri sendiri sounds good bukan? Ya, walau saya bahkan masih belum bisa konsisten pada jadwal harian, tapi tak ada salahnya memulai.

Sungguh sebuah keputusan besar saat saya harus meletakkan satu per satu pekerjaan yang mengikat. Ya, saya memang pekerja freelance yang bisa bekerja dari mana saja. Namun bukan berarti tak ada keterikatan dan target rutin harian. Nah, karena saya merasa tak sesanggup itu membagi waktu, maka memang harus disudahi saja semuanya.

Saya kemudian fokus bersiap untuk sebuah usaha kuliner bareng seorang teman. Bikin timeline, merancang desain, membayangkan konsep, semua saya lakukan dengan tenang selepas berhenti bekerja. Namun sayang, semesta mungkin punya rencana lain. Rencana usaha bareng teman gagal. Sedikit kecewa, tapi bersyukur saya bisa dengan mudah dan cepat melewati masa-masa sedih.

Sejak detik itu, saya punya tekad untuk kembali menerima pekerjaan freelance dan belajar mengatur jadwal, serta tetap membuat usaha saya sendiri, dari lini kuliner dan juga media. Dengan menulis jurnal ini, saya sekaligus berharap 2020 mendatang adalah saatnya. Bukankah katanya jika kita punya harapan, tuliskan, agar lebih mudah semesta mendukung kita untuk mewujudkannya?!

Well, wanita 35 yang masih kebocah-bocahan 25 ini, sudah siap mewujudkan impiannya!

No comments:

Powered by Blogger.