Dikasih Sakit agar Rencana Gaya Hidup Sehat Tak Hanya jadi Wacana


Mengambil hikmah dari sakit dua minggu dan vonis dokter kalau ada asma dalam tubuh saya, rasanya ini patut disyukuri. Lha kok bisa?

Dari tahun ke tahun punya keinginan untuk memulai hidup sehat, berencana rajin olahraga minimal jalan pagi, memperbaiki konsumsi makanan, juga lebih rajin minum air putih. Namun keinginan tinggalah keinginan, tanpa realisasi, bahkan dalam satu hari pun. Kasur yang posesif jadi alasan, padahal sebenarnya ya memang malas mau memulai.

Mengawali 2020 dengan gegoleran di atas tempat tidur selama dua minggu penuh, rasanya bikin badan dan pikiran jadi jenuh. Sesak napas yang bikin dada terasa berat dan sakit, mampu bikin saya ketakutan. Iya, ternyata saya masih takut mati. Ada banyak yang belum selesai, dan saya pun merasa belum punya 'sangu' kalau mati sekarang.

NOTE: Namun yang namanya hidup, siapa yang tahu? Semua ada di tanganNya. Belajar berserah juga harus. Ya, sambil memperbaiki kualitas diri dalam hubungan denganNya saja.

Akhirnya Rajin Olahraga


Balik ke cerita sakit di awal tahun. Dokter menyarankan untuk jalan-jalan pagi, supaya ada gerak dan menghirup udara yang masih segar. Baca juga artikel di beberapa website kesehatan, asma memang butuh dibawa rajin olahraga. Alhasil, tiga minggu belakangan ini saya (akhirnya) rajin bangun pagi dan jalan-jalan di sekitaran rumah. Rasanya seperti keajaiban.


Kalau biasanya jam pagi saya ada di pukul 8 atau bahkan 9, tiga minggu belakangan ini mata sudah harus melek sebelum pukul 5. Saya sudah harus keluar rumah di sekitar pukul 5, karena kalau terlambat sedikit, saya sudah harus bersaing dengan mobil dan motor yang membawa anak-anak pergi sekolah. Iya, saya masih harus jauh-jauh dari asap berlebih.

Tiap hari dilalukan, meski baru tiga minggu, rasanya seperti sudah jadi kebiasaan. Membuka mata sebelum pukul 5 pagi sudah tidak seberat waktu pertama kali dulu. Cek jumlah langkah dari smartphone, makin banyak kemajuan. Kalau di tiga hari pertama cuma sekitar 300 langkah, minggu selanjutnya 500 langkah, naik lagi jadi 1000, dan hari ini sudah 3383 langkah.

Menu Makanan Sehat


Dua tahun belakangan ini konsumsi junk food saya memang berlebihan. Dalam satu bulan, saya bisa beli cheese burger sampai dua atau tiga kali. Belum lagi street food di seputaran Sawojajar yang rasanya hampir semua menggiurkan. Snack dengan micin berlebih juga jadi favorit saya. Rasanya, hampir tak pernah saya masak sendiri.

Pun jika masak sendiri, saya punya persediaan frozen food di freezer. Segala sayur, olahan daging, dan banyak lagi makanan kemasan ada di sana. Bumbu jadi juga sudah berjajar rapi dalam keranjang khusus. Mulai dari sop, orem-orem, rica-rica, sampai kare, semua ada. Kalau lagi harus masak, semua tinggal cemplung, beres.

Miris sendiri kalau ingat masa-masa itu. Sekarang ini saya sedang berusaha untuk mengurangi konsumsi makanan tak sehat dan berpengawet. Setiap hari belanja di mlijo, untuk memastikan sayuran yang saya beli memang masih segar. Setiap hari juga, ada masakan sayur dalam menu harian. Bumbu juga akhirnya blend sendiri. Ribet lah!



Sebenarnya saya cukup mager kalau harus masak sendiri setiap hari. Apalagi kalau lagi mengolah sayuran yang butuh dipetik-petik daunnya, malas banget rasanya. Namun demi konsumsi makanan yang lebih sehat, saya paksa badan ini untuk berdiri lebih lama di dapur. Alhasil, makin hari rasanya makin terbiasa dan dapat kenikmatannya.

Mulai Rajin Minum Air Putih


Bukan musuh besar saya, tapi air putih memang rasanya tidak enak kalau diminun lebih dari satu gelas. Sebelum ini, saya bahkan jarang sekali minum air putih saat bangun tidur. Minum pun biasanya tak sampai segelas penuh. Entah kenapa, perut selalu terasa penuh tiap setelah minum air putih berlebih. Ended up, jadi malas makan.

Beberapa waktu lalu, ngobrol di telepon sama mama mertua yang juga pernah punya riwayat asma. Beliau menyarankan terapi air putih, minum dua liter setiap pagi. Memang tidak mudah, tapi beliau punya trik. Sejenak setelah bangun tidur, sebelum buang air kecil, minum dulu dua gelas, sekitar 500 ml. Setelah dari kamar mandi, minum lagi dua gelas. Salat subuh, lalu minum lagi dua gelas. Berkegiatan pagi, minum lagi dua gelas.

Picture from PxHere
Begitulah, dan saya coba keesokan harinya. Dua gelas pertama bisa diterima tubuh dengan lancar. Dua gelas kedua, kepala mulai pening. Tak lama kemudian, setidaknya setengah dari satu liter air yang saya minum itu keluar semua. Saya mual dan memuntahkannya. Mungkin tubuhnya shock, seperti di awal jalan pagi tiga minggu lalu, otot-otot jadi tegang.

Besoknya, saya mengurangi dosis sekali minumnya. Saya coba satu gelas saja di setiap jeda berkegiatan pagi. Alhamdulillah, tubuh bisa terima. Sampai hari ini, setidaknya sampai pukul 8 pagi saya berhasil minum 8 gelas, atau total 2 liter air putih. Di sisa hari, saya masih bisa minum bergelas-gelas lagi, tak hanya setelah makan saja.

Jangan Tunggu Dikasih Sakit!


Tiga hal di atas pasti berat buat sebagian orang. Masih banyak mereka yang belum bisa mengubah pola hidupnya jadi lebih sehat. Well, lebih baik jangan menunggu sampai dikasih sakit seperti saya untuk memulainya. Kalahkan ego, alasan, dan semua keinginan untuk bermalas-malasan. Bayangkan hidup yang jauh lebih sehat dan nyaman di badan.


Memang susah. Sangat susah. Saya toh harus menunggu sampai sakit untuk akhirnya ada di titik ini. Namun jika berkenan, belajarlah dari pengalaman saya ini. Sakit seperti yang saya alami kemarin sungguh menyiksa. Harus dua kali masuk IGD dan mendapat bantuan napas dari tabung oksigen, juga terapi nebulizer, sungguh mengerikan buat saya yang selama ini merasa sehat.

Kalau merasa berat, biasanya karena kita melakukannya sendirian. Coba ajak pasangan, saudara di rumah, atau teman yang setujuan, untuk memulainya. Kesehatan mahal harganya. Kalau bisa kita dapatkan gratis dengan olahraga ringan, kenapa tidak dimanfaatkan? Kalau bisa kita tekan pengeluaran dengan masak menu sehat sendiri, kenapa tidak?

Ayo semangat! 2020 lebih sehat dan bahagia. 💪🏽😉

2 comments:

  1. menginspirasi sekali banaa :' pengen juga jalan pagi jam 5, biasanya aku jalannya jam 7 wkwkw

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nggak apa, Tyeaan. Yang penting ada gerak. Kalau di tempatmu jam 7 masih seger, it's okay. Kalau di Sawojajar, jam 7 udah banyak asap kendaraan, makanya aku harus keluar jam 5.

      Delete

Powered by Blogger.