Ada Yang Tahu, Kenapa Mendengarkan Pink Floyd Harus Kuat?

©allaboutjazz.com
Pertemuan sejenak dengan mantan pacar beberapa waktu lalu, sempat membahas tentang musik yang sedang saya gemari belakangan ini. Saya sadar, saya memang bukan penggemar musik yang fanatik. Boleh kamu bilang pada saya, "Tahu apa kamu tentang musik?"

Sering setengah-setengah mendalami musik, itulah saya. Dari mulai suka Spice Girls zaman masih SD, Hanson dan Base Jam zaman SMP, sampai Britney Spears zaman SMA, saya pun nggak total mengenal siapa mereka, bagaimana proses mereka bermusik. Dangkal kan?!

Saya kenal musik SKA waktu pertengahan SMA, dari mantan pacar saya ini. Seperti biasa, saya pun setengah-setengah juga mendalaminya. Telinga saya ini memang welcome untuk musik apa saja, termasuk dangdut dan metal, jika momen dan mood lagi pas.

Kembali ke musik SKA. Waktu itu saya hafal dan tahu beberapa lagu SKA yang bagus, tanpa tahu siapa yang memainkan dan apa judul lagunya. Aneh? Mungkin sebagian besar orang bakal menganggap demikian, tapi memang begitu adanya. Harap diterima dengan lapang dada.

"Kamu dengerin Pink Floyd?!" mantan pacar saya bertanya terperangah dengan nada setengah ngenyek.

"Kenapa memangnya?" saya balik bertanya, santai.

"Kuat a kamu dengerin Pink Floyd?" dia nggak yakin saya benar mendengarkan band aneh itu.

Jangankan dia, saya sendiri heran, kenapa bisa terpental ke masa muda papa dan kakak-kakaknya itu. Sedikit banyak, seseorang-yang-nggak-boleh-disebut-namanya yang membuat saya ikut jatuh cinta sama Pink Floyd. Walau jauh sebelumnya, saya pun kenal band itu.

Kuat mendengarkan Pink Floyd? Ini pertanyaan yang bikin saya jadi balik bertanya-tanya. Ada apa sama band ini? Kenapa seseorang harus kuat untuk menikmati lagu-lagu mereka? Kalau saya, asal mood bagus dan sedang ingin dengar, ya playlist saya penuh lagu mereka.

Apa nggak bisa sesederhana itu? Apa mendengarkan lagu itu harus dengan kondisi yang serius, penuh konsentrasi, dan tegang karena takut salah dengar karena nggak kuat itu tadi? Ada yang bisa kasih penjelasan pada saya soal ini? Saya ingin sedikit pencerahan.

Mungkin, mantan pacar saya itu bakal 'shock' juga kalau tahu saya menggilai Syd Barrett, sang berlian sinting seperti judul dalam tulisan Mas Samack  untuk edisi perdana Rock&Roll Magazine yang dia pamerkan ke saya lewat twitter tadi.


Crazy diamond ini menciptakan nama Pink Floyd dengan sederhana. Ia menggabung nama depan penyanyi blues Amerika Serikat, Pink Anderson dan Floyd Council yang dia lihat di sampul piringan hitam gitaris blues Blind Boy Fuller (1962) yang ditulis Paul Oliver.

Sederhana kan? Sesederhana mendengarkan lagu Bike sambil nari-nari di depan kaca pakai rok kembang-kembang dan bando kelinci. Apapun, yang jelas saya nggak merasa keberatan mendengarkan lagu-lagu Pink Floyd, dan sekali waktu terbang ke dimensi lain, kemudian membayangkan ini...


Oke.. Makin ngaco. Sepertinya saya butuh istirahat lagi. :)

3 comments:

  1. Mendengarkan Pink Floyd memang kudu sambil gembira, soalnya sedetik kemudian mereka bisa melempar kita jadi makhluk super serius bin depresi hahahha

    ReplyDelete
  2. Tidak harus "jadi" depresi sih dengerin band gila satu ini, kalau masih gagal move on dengerin pink floyd karena Syd barrett sepertinya mending kembali dengerin beatles era-era abbey road s/d album terakhir. hahaha, becanda. Pink Floyd ngga cuma sekadar Barrett kalo menurut gue, perombakan total akibat ulah David gillmore tetep membuat gue jadi sungkem dan angkat topi. Tapi tolong, jangan bilang pendengar Pink Floyd adalah para pemalas dan pemadat :(

    Ada resepnya lho dengerin mereka elo bisa jadi "orang"...


    Thanks

    ReplyDelete
  3. Lagunya unik.lain dari yg lain .ummagumma .lalu ke album the wall .beda banget iramanya.👍👍👍

    ReplyDelete

Powered by Blogger.