Ajining Diri Ana ing Lathi, Jangan Sampai Viral dengan Menyedihkan


Disclaimer: semua yang saya tulis dalam artikel ini adalah murni buah pikir sendiri, tak ada maksud untuk menggiring opini publik. Yang setuju, terima kasih. Yang tidak setuju, it's okay.

Baca judulnya, kamu pasti sudah tahu siapa dan apa yang akan saya bahas dalam tulisan ini. Benar sekali! Ini tentang influencer yang baru saja viral karena kurang pandai menjaga lisan. Namun, sebelum masuk pada intinya, saya mau ingatkan lagi tentang apa itu influencer.

Influencer adalah Sosok yang Berpengaruh

Jika media lain mungkin mengedepankan followers atau pengikut yang banyak di media sosial untuk menggambarkan sosok influencer, saya tidak. Selebritis, selebgram, blogger dan semacamnya itu belum tentu bisa jadi influencer. Meski makin ke sini, definisi ini yang lebih diamini.

Influencer sejatinya adalah mereka yang punya pengaruh bagi para pengikutnya, untuk melakukan sesuatu, tak peduli itu 1000 atau sejuta followers yang dia punya. Melakukan sesuatu yang dimaksud di sini tentu saja dalam konteks positif.

Selebritis, selebgram, blogger, YouTubers, pokoknya ya para content creator dengan followers yang sangat banyak, sebaiknya memang memberi contoh baik bagi para pengikutnya. Jangan sampai bikin konten yang malah menjerumuskan orang-orang untuk berbuat tidak baik.

Viral dalam Kondisi Menyedihkan

Kebanyakan hal viral di Indonesia (karena saya tidak tahu bagaimana kondisi di luar Indonesia) adalah yang berkaitan dengan kesedihan, kesalahan atau keburukan orang lain, dan berbagai hal negatif lainnya. Jarang sekali ada yang viral karena prestasi. Jarang, bukan tak ada.

Orang-orang yang viral, jadi terkenal dalam kondisi menyedihkan. Mereka dirundung kanan-kiri. Perbandingan orang yang menghujat dengan yang memilih diam saja, mungkin 99:1. Mereka yang menghujat tak pernah terpikir, apa yang bisa saja terjadi pada dia yang mereka hujat.

Ajining Diri Ana ing Lathi

Belum lama, Weird Genius merilis lagu mereka, Lathi, yang viral in a positif way, dengan bantuan terbesar dari TikTok. Satu baris liriknya berbunyi 'ajining diri ana ing lathi', yang artinya 'harga diri manusia terletak pada ucapannya'. Lathi sendiri adalah bahasa Jawa dari lidah.

Di era sekarang ini, bukan hanya lidah saja yang jadi harga diri, tapi juga jempol tangan yang sering khilaf mengetik kata-kata buruk di media sosial. Intinya, apa yang kita ucapkan, apa yang kita tuliskan, itu merupakan cerminan dan harga diri kita.

Indira Kalistha mungkin salah satu dari sekian banyak orang yang silap lidah, mengungkapkan buah pikirnya yang bagi sebagian besar orang mungkin salah, dalam ucapan. Kebetulan karena dia seorang YouTubers yang lumayan punya nama, kejadian ini lebih disoroti.

Hujatan dan penilaian orang memang tak bisa dibendung. Seharusnya ini jadi pembelajaran bagi Indira dan semuanya saja, untuk tidak asal ngomong di media apapun yang dikonsumsi banyak orang. Tak hanya lidah, jempol pun juga jangan asal ketik dan klik share.

Etika tak Tertulis dalam Bermedia Sosial

Entah jika mungkin sudah ada kode etik tertulisnya, yang pasti etika bermedia sosial sejatinya tak jauh beda dengan kehidupan sosial di dunia nyata. Saling menghormati dan menghargai adalah kunci utama hidup bersosial. Menjaga lisan dan tulisan sangatlah penting di sini.

Dalam kasus Indira Kalistha, istri dari Gustaf Ode ini tak sepenuhnya salah. Sebagai tuan rumah, Gritte Agatha juga turut punya andil di sini. Sebagai content creator yang sudah bikin banyak sekali video, terutama versi wawancara dengan tamu undangannya, harusnya dia tahu etikanya.

Video yang diunggah Gritte di kanal YouTube miliknya itu tentu sudah melewati proses editing. Tak mungkin dia tak resah melihat part yang akhirnya viral itu. Tak mungkin juga dia tak tahu seperti apa COVID-19 melumpuhkan dunia di segala lini dan lapisan.

Adanya proses editing dan preview, gunanya untuk menilik kembali, apakah ada part yang salah, kurang, atau bahkan seharusnya tak layak tampil. Ya, seperti part Indira Kalistha dan keacuhannya terhadap pandemi ini. Sebagai pemilik 'rumah', Gritte tak seharusnya membiarkan itu.

Ada Harga yang Harus Dibayar dalam Tiap Laku Kita

Indira Kalistha didampingi suaminya, sudah meminta maaf lewat tayangan podcast Deddy Corbizuer. Gritte pun juga menyampaikan permohonan maafnya lewat Instagram, dan menurunkan unggahan video wawancaranya dengan Indira. Seharusnya semua selesai sampai di sini, tapi tak semudah itu.

Netizen akan terus mengingat momen ini dan menghantui siapapun yang bersalah di mata publik. Ini adalah harga yang harus dibayar. Tugas mereka yang bersalah adalah memperbaiki segalanya semaksimal mungkin. Indira dan Gustaf melakukannya: aksi nyata.

Setelah sempat menolak diajak jumpa dengan dr. Tirta, akhirnya hari ini pasangan suami istri itu bergabung menjadi relawan edukasi COVID-19 bersama tim dr. Tirta. Mereka akan membantu pemerintah dan tim relawan untuk menanggulangi pandemi ini.

Petik Pelajaran dari Indira Kalistha

Jaga lisan, jaga tulisan. Punya unpopular opinion memang hak semua orang, tapi ke mana harus mengungkapkannya itu yang jadi tanggung jawab masing-masing orang tersebut. Tidak semua opini yang minor itu keren di mata publik. Alih-alih tampak keren, bisa-bisa kamu malah dihujat.

Bicara yang baik, lakukan hal baik, tunjukkan semua yang baik-baik yang bisa ditiru oleh followers-mu. Jadilah influencer, bukan destroyer. Kecuali kalau kamu nggak punya perasaan, dan memang sudah siap dengan konsekuensi bakal terima bully habis-habisan, juga banyak haters.

1 comment:

  1. Mantap kak...
    Saya setuju sekali dengan apa yang Kakak tuliskan di atas.

    Banyak hal, apalagi mereka (sebut saja dia) adalah seorang yang memiliki followers bejibun.

    ReplyDelete

Powered by Blogger.