Etika Pengunduran Diri dari Kantor, Jangan Asal Slonong!

Bukan mudah untuk mengakhiri sesuatu yang sudah kita mulai dan rawat dengan sepenuh hati. Seperti bukan mudah untuk saya meninggalkan Vemale dan segala yang ada di dalamnya, tim yang hebat, suka dan duka, jatuh dan bangun, hingga kami bersama-sama meraih apa yang sudah ditargetkan. Perpisahan ini berat. Sangat berat.

Untuk kedua kalinya saya harus resign dari kantor yang sama, kali ini karena dorongan lingkungan dan hati untuk lebih fokus punya anak, setelah dua kali gagal kemarin. Kalau ada di sini yang tak percaya keajaiban semesta, keputusan saya untuk mundur kali ini bisa jadi bukti. Untuk sementara ini, biar kami-kami saja dulu yang tahu. Jika sudah waktunya nanti, saya akan ceritakan.

Membahas kesedihan kali ini, tak akan ada habisnya. Tak guna juga untuk meratapi sesuatu yang sudah diputuskan dan terjadi. Lebih baik kita ambil sisi positif dan pelajaran saja dari momen ini. Dan saya memutuskan untuk berbagi daftar etika pengunduran diri, yang selama ini sering sekali diabaikan oleh mereka yang (menurut saya) tak layak dipekerjakan lagi karena tak mengindahkannya.

One Month Notice


Pastikan kamu mengajukan surat pengunduran diri sebulan sebelum hari terakhir kamu kerja. Merupakan tanggung jawabmu untuk mencari pengganti, mengajarinya setiap detail pekerjaanmu yang akan dia handle nantinya, dan memastikan segala akan berjalan baik-baik saja sepeninggalmu. Approval untuk pergi dalam rentang waktu kurang dari sebulan mungkin bisa diberikan, jika ada kebijakan dari head kamu. Namun kamu tetap wajib mendelegasikan pekerjaanmu dengan baik pada penggantimu.

Tetap Berikan Performa Terbaikmu


Jangan karena waktumu hanya tinggal sebulan, lantas kamu bisa lepas tangan. Jika memang tugasmu mencari pengganti dan mendelegasikan semua tugasmu padanya sudah kelar, kamu wajib tetap memantau apakah segalanya sudah sesuai dan berjalan dengan baik. Secara intens, tanyakan padanya apa ada kendala, atau ada bagian yang masih belum dia pahami. Tetaplah aktif dalam obrolan grup kantor yang membahas pekerjaan, sampai kamu benar-benar keluar dari dalamnya.

Serah Terima Pekerjaan dengan Detail


Pastikan tak ada yang terlewat saat kamu mendelegasikan pekerjaanmu pada penggantimu. Dia harus tahu seperti apa kebiasaanmu bekerja, dan kamu memang perlu juga memberikan tips dan trik agar dia bisa menyelesaikan pekerjaan dengan mudah, sepeti apa yang kamu jalani selama ini. Sangat penting untuk memberikan detail pekerjaan dan pernak-perniknya, agar jika kamu sudah tak lagi bisa diganggu, dia bisa bekerja sendiri, sebaik atau malah lebih baik dari kamu.

Berpamitan Secara Baik


Terutama jika bekerja dengan banyak divisi di luar tim kamu, wajib hukumnya untuk berpamitan pada semuanya sebelum kamu benar-benar meninggalkan kantor. Di sesi ini, kamu bisa sekalian memperkenalkan siapa penggantimu, sambil juga menjelaskan sedikit pada penggantimu tentang siapa saja mereka yang nantinya akan banyak berurusan dengan dia. Akan lebih baik jika kamu membuat thread email yang berisi orang-orang yang selama ini berhubungan denganmu di kantor, untuk berpamitan secara resmi.

Well, tak jarang para karyawan mengajukan pengunduran diri saat minggu depannya sudah harus berkantor di tempat yang baru. Kemudian, karena tak bisa menunggu itulah lalu dia pergi begitu saja meski belum ada approval dari head-nya. Tak jarang juga para karyawan tiba-tiba menghilang tanpa pamit, mentang-mentang tak ada tanggungan secara materi pada perusahaan. Ada banyak macam kasus resign-dengan-tidak-baik-baik yang saya temui sendiri sepanjang perjalanan saya jadi staf lapis bawah, leader, hingga manager.

Pesan buat kamu, para mama dan siapapun saja yang pernah jadi 'slonong girl', yang pernah menghilang dari kantor tanpa permisi, jangan sampai diulangi lagi yang seperti itu. Berlaku juga buat kamu yang masih dalam tahap rencana resign. Daftar blacklist berlaku dalam dunia kerja, apalagi di industri kreatif dan digital. Mungkin imbasnya tak terasa di awal, tapi rentang waktu yang panjang setelahnya, jangan sedih kalau banyak perusahaan menolakmu saat kamu justru benar-benar butuh pekerjaan.

No comments:

Powered by Blogger.