Kilas Balik Pandemi Lewat OK Human dari Weezer: Everything Happens For A Reason

Sudah terlambat memang kalau mau membahas album OK Human hari ini. Yeah, Weezer merilis album tersebut pada akhir Januari 2021 lalu, hampir tepat dua tahun setelah mengudaranya Weezer (Teal Album).

Kalau boleh dihubungkan dengan pandemi Covid-19 yang melanda dunia, album ini rasanya pas didengarkan di masa-masa sulit seperti sekarang. Bahkan lagu pembukanya, All My Favorit Song -yang musiknya terdengar ringan- pun menggambarkan buruknya kehidupan yang tadinya baik-baik saja.

Mendengarkan track Aloo Gobi seolah menyadarkan saya, betapa kehidupan di sekitar saya akhir-akhir ini makin membosankan. Dan pada akhirnya, hanya bisa membayangkan hari-hari seperti yang tertuang dalam track Grapes of Wrath yang 'I just don't care, I just don't care' itu.

Track berikutnya, Numbers, secara lirik, bagi saya pribadi cukup relate. Memang benar, selalu ada angka, dalam hal ini saya anggap sebagai 'penilaian orang', yang akan membuat kita merasa buruk. Kita jadi membandingkan diri sendiri dengan orang lain dan pencapaian-pencapaian mereka.

Disusul kemudian dengan Playing My Piano yang benar-benar terdengar kacau. Membayangkan diri saya sendiri yang selama setahun ini jadi lebih malas melakukan apa-apa. Dalam liriknya disebutkan bahwa dia tidak mencuci rambut sudah tiga minggu, dan harus balik ke zoom meeting.

Pada akhirnya, hanya hobi atau hal-hal yang kita senangi, yang menjadi pelampiasan saat kita tak lagi bisa sering keluar rumah. Dalam hari-hari saya, Playing My Piano relate dengan 'baking my cookies' yang setahun belakangan ini jadi hobi baru saya, yang untungnya bisa menghasilkan uang.

Mirror Image dan Screens belum begitu menggoda untuk dibahas lebih dalam. Langsung saja menuju track kedelapan, Bird With A Broken Wing yang musiknya cukup menyayat untuk telinga saya. Liriknya pun juga mengandung perasaan sedih, meski dikatakan di sana: don't feel sad for me.

Dead Roses juga menarik. Kegelapan seperti menyergap, meski musiknya tidak semenyeramkan itu. Mendengarkan tiap bait liriknya membuat sedih. Untungnya, track Everything Happens For A Reason yang hanya 25 detik, membawa album ini pada nuansa yang berbeda.

Track singkat tersebut langsung disambung dengan secercah harapan dari Here Comes The Rain. Air hujan yang digambarkan menghapuskan segala masalah, seolah jadi pengingat bahwa seberat apapun itu, kita semua akan bisa melaluinya. Pasti bisa!

Pandemi menghantam keras semua lini, tapi ini semua akan membaik, entah itu akan berakhir atau jika harus hidup dengan normal yang baru. Meski album OK Human ini ditutup dengan track La Brea Tar Pits yang membuat ending-nya jadi mengambang, tapi tetap: I don't want to die 'cause there's still so much to give.

Mungkin ini ulasan paling tumben, karena biasanya saya bukan pendengar lirik. Untuk urusan musik, seperti album-album sebelumnya, selalu harus beberapa kali mendengarkan sampai akhirnya telinga saya bisa menerimanya. Berhenti di telinga, album Weezer satu dekade belakangan ini memang lambat banget sampai ke hati.

Sepertinya tahun ini saya sudah mulai terbiasa dengan pola: mendengarkan album baru Weezer - merasa biasa saja - hari-hari berlalu - Weezer rilis album baru lagi - baru deh, album sebelumnya terasa enak di telinga dan sampai ke hati.

Sekarang tinggal tunggu Van Weezer yang rencananya dirilis lengkap 7 Mei 2021 mendatang. Setelah merilis dua single The End of the Game dan Hero, kemunculan I Need Some of That makin terasa tak asing di telinga. Dan malam ini saya terpantik untuk kembali larut dalam alunan musik Maladroit.

No comments:

Powered by Blogger.